Terapi Gelombang Otak

AJARKAN ARAH AGAR TAK SALAH LANGKAH

Konsep arah kiri-kanan, atas-bawah, maju-mundur, depan-belakang, dan lurus-belok ternyata harus diajarkan, supaya anak tidak salah menerjemahkan perintah. Berikut, langkah-langkah praktis yang dibagi Anna Surti Ariani, Psi atau Nina, dari Jagadnita Consulting, Jakarta.

KIRI-KANAN
Inilah konsep dasar yang paling mudah diajarkan pada batita. Metode pengajaran ini harus dikaitkan dengan sesuatu yang konkret, yang ada di sekitarnya atau yang sedang dia lakukan.
Langkah pengajaran yang paling mudah dengan menggunakan tangan anak itu sendiri, orang tua bisa mengatakan "Ini tangan kanan, ini tangan kiri." Lalu untuk mempraktekkannya anak bisa diajak mengenal mana kanan dan mana kiri sambil melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya, "Adek kalau makan pakai tangan yang mana? Tangan kanan, ya," sambil menunjukkan tangan mana yang sebaiknya digunakan.
Setelah anak tidak bingung lagi, mana tangan kanan dan kirinya, ia bisa mulai dikenalkan pada konsep arah ke kanan dan ke kiri. "Ke kanan itu sama dengan tangan untuk makan, sedang ke kiri itu tangan satunya lagi."
Bisa juga konsep arah ini diajarkan sambil bepergian, misalnya sambil naik mobil anak bisa diajak menentukan, "Habis ini ke kanan atau ke kiri? Coba lihat beloknya sama dengan tangan tangan kanan atau tidak? O, enggak, berarti ini ke mana? Iya, berarti ini ke kiri."
Waktu bermain sepeda di taman kompleks pun bisa dimanfaatkan untuk mengajarkan anak tentang konsep ini. Biarkan anak yang menentukan, setelah ini mau ke kiri atau ke kanan. Tanyakan padanya, "Adek mau ke kiri atau ke kanan?" Bila ternyata apa yang dia ucapkan masih berbeda dengan arah yang dipilih, jangan segan mencobanya lagi.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dikaitkan dengan konsep kiri-kanan; tangan kanan untuk bersalaman, makan, dan menggambar, sedangkan tangan kiri adalah tangan yang satunya lagi. Tentu saja konsep ini tidak berlaku untuk anak kidal.

ATAS-BAWAH
Atas-bawah adalah konsep sederhana yang juga harus diajarkan pada batita. Pada tahapan ini batita dijarkan bahwa ada benda yang terletak di atas dan ada juga yang di bawah. Konsep ini merupakan dasar untuk mengajarkan hal-hal yang lebih kompleks berkaitan dengan tingkatan, urutan, dan sesuatu yang lebih maupun sesuatu yang kurang.
Metode pengajaran yang mudah tentu saja harus dikaitkan dengan sesuatu yang konkret dan berkait dengan apa yang dilihat dan dilakukan tiap hari. Ajak anak untuk naik-turun tangga, "Ayo sekarang kita ke atas, setelah itu ke bawah." Dengan merasakan menaiki dan menuruni tangga, anak mengenal konsep ada bagian yang di atas dan yang di bawah.
Bisa juga dengan menyediakan rak tempat menyusun mainan yang terdiri atas dua bagian, "Adek, tolong bukunya ditaruh di atas dan bonekanya ditaruh di bawah." Tunjukkan bagian mana yang disebut atas dan mana yang disebut bawah.
Main jungkat-jungkit juga bisa menjadi ajang mengajarkan konsep atas-bawah ini. "Sekarang Adek ada di atas dan Mama di bawah." Bisa juga dengan lagu-lagu yang telah diganti syairnya untuk mengajarkan anak tentang konsep ini.
Contoh posisi atas-bawah dalam kehidupan sehari-hari yang mudah dipahami anak, misalnya; langit berada di atas, sedangkan tanah yang dia injak berada di bawah. Bisa juga dengan mencontohkan atap dan lantai rumah. 

DEPAN-BELAKANG
Konsep depan-belakang adalah konsep dasar untuk memahami hal-hal lain yang lebih kompleks, seperti maju-mundur. Bagi batita, paling mudah dengan mengenalkan apa yang bisa dia lihat tanpa memalingkan muka itu berarti depan, sedangkan apa yang berada di punggungnya berarti di belakang.
Di lain waktu, apitlah anak dari arah depan dan belakangnya, "Coba Adek lihat, Mama sekarang di depan dan Papa di belakang. Ayo sekarang, siapa yang ada di depan, Mama atau Papa?" Lakukan bergantian siapa yang ada di depan dan siapa yang di belakang. Sambil bermain, minta anak untuk terus menebak. Dengan begitu ia akan merasa gembira saat mempelajari konsep ini.
Bisa juga sambil menyusun balok mainannya. Ajak anak untuk belajar. Caranya, letakkan balok yang berwarna hijau di depan kotak mainannya, sedangkan yang merah di belakang. Ganti-ganti terus balok-balok mainan tersebut sampai anak tidak bingung lagi dengan konsep ini.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang paling mudah dimengerti anak, hidungnya selalu berada di depan dan punggungnya ada di belakang. 

MAJU-MUNDUR
Konsep maju-mundur yang harus dipahami batita adalah adanya perpindahan orang atau benda dari suatu tempat ke tempat lain. Cara mengajar yang bisa digunakan sambil mengajak anak bermain, "Maju berarti melangkah ke depan, sedangkan mundur berarti melangkah ke belakang." Sambil bermain pura-pura mengendarai mobil, "Ayo mobilnya maju, bremm. Ayo sekarang mundur, bremm."
Binatang peliharaan seperti kucing juga bisa digunakan untuk mengenalkan konsep ini. "Lihat si pus kalau dikasih makan, dia akan maju, tapi kalau dikagetin, dia akan mundur." Cobalah mempraktekkan dengan memberi makanan maupun mengagetkan kucing tersebut di depan anak.
Yang paling mudah dilihat anak, ketika orang tua memasukkan dan mengeluarkan mobil dari garasi. "Kalau mobil masuk garasi berarti maju, tapi kalau mobilnya keluar, itu mundur." Tapi tentu saja, arah mobilnya jangan dibalik.
Instruksi maju-mundur penting dipahami anak bila sedang bermain di luar pagar rumah. Kala ada kendaraan yang melintas, dia mesti tahu persis, kapan harus melangkah mundur dan kapan harus melangkah maju.

LURUS-BELOK
Konsep lurus-belok sudah sedikit lebih kompleks dibanding konsep arah yang telah diajarkan sebelumnya. Konsep ini bisa dikaitkan dengan kanan-kiri maupun maju-mundur.
Metode efektif dilakukan dengan mengajaknya bermain di taman kompleks perumahan. Sambil bermain sepeda misalnya, ajak anak untuk mengenal konsep ini, "Ayo sekarang kamu maju lurus ke depan." Doronglah sepedanya lurus ke depan. Setelah itu ajak anak untuk membelokkan sepedanya, "Sekarang belok."
Atau bisa juga posisi ruangan di dalam rumah digunakan untuk mengajarkan konsep ini. "Kalau dari depan teve ke kamar Mama, itu berarti lurus." Lain waktu, katakan, "Kalau dari teve ke meja makan itu berarti belok kanan. Kalau belok kiri, berarti kamu ke arah tangga."
Yang paling mudah diingat anak tentang konsep ini, yaitu menggambar garis lurus kemudian membelokkannya. Semakin sering anak menggambar garis lurus dan kemudian membelokkannya, makin mudah ia memahami konsep ini. 

BILA TIDAK SEGERA BISA
Seperti yang dikatakan Nina, konsep ini mulai bisa diajarkan pada anak usia 1,5-2 tahun, walaupun kata-kata seperti kiri-kanan, atas-bawah, depan-belakang, dan sebagainya sudah ia dengar sejak masih bayi. Mengapa perlu diajarkan? Karena berkaitan dengan kehidupan sosial sehari-hari di mana arah sering dijadikan sebagai petunjuk. Dengan memahaminya anak tidak akan salah menerjemahkan permintaan atau perintah yang dia dengar.
Jangan putus asa bila anak tidak segera bisa memahami konsep-konsep dasar arah walaupun sudah diajarkan puluhan kali. Orang tua harus sabar dengan terus mencari metode pengajaran sekreatif mungkin.
Kalau hanya sesekali salah menerjemahkan perintah, misalnya diminta ke kanan, anak malah ke kiri, itu masih dalam kategori wajar. Namanya juga masih belajar. Anak baru bisa dikategorikan tidak normal dan harus segera dikonsultasikan ke ahli bila sampai memasuki usia sekolah belum juga menguasai konsep dasar ini. Bisa jadi ada kelainan di otaknya yang menyebabkan anak tidak bisa segera memahami konsep arah.
Bila ada kemajuan yang berarti padanya, jangan segan memberikan pujian. "Adek pintar, ya, sudah bisa ke atas dan ke bawah." Tidak ada salahnya untuk sesekali memberikan hadiah, bukan yang berwujud barang, tapi pelukan dan ciuman sayang. 

KAITANNYA DENGAN MULTIPLE INTELLIGENCE
Pemahamanan tentang konsep arah, menurut Nina, ternyata berubungan dengan multiple intelligence yang dimiliki anak-anak.
Kemudahan mengusai arah secara benar ada hubungan dengan kecerdasan visual spasial. Makin cepat anak memahami, makin berbakat pula dia dalam melakukan kegiatan yang memerlukan kemampuan visual spasial.
Kemampuan anak dalam menganalisa arah juga menunjukkan bakat dalam bidang logika matematis. Analisa yang dihasilkannya berdasarkan sesuatu yang dia pahami dari awal sampai akhir dari seluruh rangkaian konsep yang dia terima.
Kecepatan memahami konsep arah juga berhubungan dengan kecerdasan linguistik atau berbahasa. Jika ia menyerap berbagai kosakata baru dan memahami maksudnya, ini menunjukkan kecerdasan linguistiknya cukup tinggi. 

TIPS UNTUK ORANG TUA
Lebih lanjut Nina mengingatkan kita akan hal-hal yang perlu dilakukan selama mengajarkan konsep arah. Di antaranya:
1. Konsep dasar ini harus diajarkan, walaupun mungkin saja anak bisa dengan sendirinya setelah mendengarkan instruksi dari orang lain. Yang paling baik, stimulus diberikan orang tuanya.
2. Orang tua harus sabar dan tidak bosan mengulang-ulang pengenalan konsep ini.
3. Cari bahan sekreatif mungkin, sehingga anak tertarik untuk mengikutinya.
4. Sesekali aplikasikan metode pengajaran tersebut di tempat yang berbeda, misalnya di taman bermain, di rumah nenek dan sebagainya.
5. Jangan cepat marah bila anak tak kunjung paham, karena bisa membuat anak menjadi trauma untuk mempelajarinya lebih lanjut.
6. Bila mood anak sedang bagus, ini adalah waktu yang paling efektif untuk segera memberinya pelajaran.
7. Jangan langsung mengkritik bila anak melakukan kesalahan. Ulangi perintah yang diinginkan sambil menunjukkan bagaimana yang benar.
  ***Marfuah Panji Astuti. Foto: Vitri/nakita

0 Response to "Terapi Gelombang Otak"

Posting Komentar

Pengikut

wdcfawqafwef